UNSUR-UNSUR GERAKAN OLAHRAGA DALAM DRUMBAND
Drumband
suatu kegiatan yang mengadung gerakan-gerakan di tempat dan berjalan, yang
mengandung unsur-unsur :
1.
Gerakan Pelepasan/Perenggangan, yang ditampilkan dalam
memukul, gerakan-gerakan lengan dan kepala dari penata rama (Mayor/Mayorette),
dalam memberikan aba-aba para pemain drumband.
2.
Gerakan Penguatan, semua pemain drumband harus memiliki
kekuatan otot guna membawa peralatan drumband.
3.
Gerakan Ketangkasan/Kekuatan, ini dapat dilihat dalam
Pom-Pom Girl, Baton Twilers, Colourguard dan ketangkasan drum mayor dalam
gerakan membawa, melempar menangkap stik, mengambil, memainkan alat tersebut,
membuat koreografi sesuatu instruksi
4.
Gerakan Keindahan, merupakan gabungan gerakan secara
keseluruhan dari pada pemain drumband, keterampilan, kelincahan pemain drum dan
penata rama, mengandung gerakan yang indah/estetis.
5.
Koordinasi, permainan drumband merupakan perpaduan dari
koordinasi para pemain, baik penampilan maupun gerakan seluruh bagian-bagian
tubuh mereka.
1.
Music Skill (Keterampilan Musik).
Para anggota diberikan pemahaman dan
keterampilan bermain musik baik secara teori maupun praktek, melalui proses
latihan yang sistematis dan kontinu.
2.
Self Confidence (Kepercayaan Diri)
Para anggota akan dibangkitkan rasa
percaya dirinya, bahwa mereka berani dan mampu tampil di depan banyak orang.
Kepercayaan Diri ini kelak akan sangat bermanfaat bagi kehidupannya di masa
depan dalam menghadapi berbagai tantangan dan hambatan dalam hidupnya.
3.
Teamwork (Kerjasama Team)
Kegiatan marching band bukanlah
kegiatan perorangan, melainkan kegiatan kelompok yang besar. Mereka semua harus
bekerjasama antara yang satu dengan yang lainnya. Bila tidak bekerjasama, Bisa
dipastikan tidak akan sukses. Kemampuan bekerja sama ini akan sangat bermanfaat
dalam hal membangun hubungan antar-manusia (interpersonal) dan menjalin
kerjasama yang harmonis diantara mereka, sehingga setiap permasalahan (baik
yang ringan ataupun yang berat) dapat diselesaikan bersama-sama.
4.
Health & Fitness (Kesehatan & Kebugaran)
Kegiatan marching band memerlukan
kondisi fisik yang prima. Aktivitas fisik selalu terjadi pada saat : berbaris,
memainkan alat musik, menari, membentuk formasi display dll. Oleh karenanya,
para anggota perlu menjalankan pola hidup dan pola makan yang sehat, sehingga
kesehatan dan kebugaran mereka dapat terjaga dengan baik.
5.
Achievement (Prestasi)
Kegiatan marching band mengajarkan
bagaimana caranya mencapai tujuan/prestasi yang diinginkan, melalui proses
latihan dan kerja keras semua anggota. Suatu tujuan tidak akan tercapai tanpa
bekerja keras. Hampir semua orang sukses memperoleh kesuksesan mereka melalui
kerja keras.
6.
Leadership (Kepemimpinan)
Kegiatan marching band mengajarkan
bagaimana caranya memimpin dan dipimpin. Setiap orang memiliki potensi untuk
menjadi pemimpin. Seorang pemimpin tidak dilahirkan begitu saja, tetapi melalui
berbagai proses belajar dan latihan untuk menjadi seorang pemimpin. Jiwa kepemimpinan
ini akan sangat bermanfaat bagi para anggota di masa yang akan datang dalam
pekerjaannya, sehingga dapat menjadi seorang pemimpin yang tangguh, dicintai
oleh mereka yang menjadi bawahannya, dapat bertindak adil dan obyektif.
7.
Loyalty (Loyalitas)
Kegiatan marching band dapat
membangkitkan loyalitas(kesetiaan) anggota tidak hanya kepada unit dan orang
tuanya, tetapi juga kepada pekerjaan dan perusahaannya.
8.
Community Identity (Identitas Komunitas)
Kegiatan marching band sudah menjadi
salah satu identitas komunitas. Generasi muda membutuhkan identitas dari
komunitasnya. Mereka bisa lebih dikenal luas melalui berbagai perilaku, atribut
dan ciri khas-ciri khas yang dimiliki oleh komunitas tersebut.
9.
Self-Esteem (Harga Diri)
Kegiatan marching band dapat
meningkatkan kebanggaan dan harga diri anggota melalui berbagai penampilan,
prestasi dan penghargaan yang diterima olehnya. Kebanggaan dan harga diri ini
dapat diarahkan untuk meningkatkan rasa percaya diri anggota, sehingga berani
dalam menghadapi berbagai tantangan dan hambatan dalam hidupnya.
10. Fun (Kegembiraan)
Kegiatan marching band adalah
kegiatan yang menyenangkan hati, yang dapat diperoleh dari lagu dan tari yang
dimainkan, penampilan yang sukses, canda tawa antar anggota dan berbagai
kegembiraan lainnya.
Ada
beberapa manfaat yang dapat diperoleh jika belajar musik dari TK-SD dalam
kegiatan drumband, yaitu, selain dapat meningkatkan intelejensi dan
konsentrasi, juga bermanfaat untuk perkembangan fisik, perkembangan aspek
motorik kasar dan motorik halus, perkembangan aspek sosial, perkembangan aspek
emosi atau kepribadian, perkembangan aspek kognisi, mengembangkan ketrampilan
olahraga dan menari, mengasah ketajaman pengindraan, dan sebagai media terapi.
Lagu-lagu yang dibawakan dalam kompetisi, selain lagu daerah, lagu anak-anak,
juga lagu Nasional yang sudah dilatih oleh guru musik dibantu oleh guru TK-SD
sendiri. Jika sudah mendekati lomba, kompetisi atau pertunjukan drumband, para
guru tidak kenal lelah mempersiapkan segala sesuatunya mulai dari peralatan musik,
kostum, make up, transportasi dan akomodasi lainnya.
Alat-alat
musik yang digunakan dalam kompetisi tersebut, kebanyakan dari alat musik pukul
atau perkusi seperti tam-tam, simbal, tamborin, genderang, dan basdrum. Alat
musik perkusi ini akan mendasari alat musik lainnya seperti glockenspiel,
marimba, vibraphone dan alat musik melodis lainnya. Oleh sebab itu, alat musik
perkusi berperan dalam membentuk sikap, perilaku maupun karakter anak. Lebih
lengkap dan sempurna lagi, jika musik drumband ini ditambah dengan
gerakan-gerakan yang berwirama, sehingga dapat menumpuhkan sikap percaya diri
anak. Dengan demikian musik yang ditambah dengan gerakan atau tarian, dapat
memberikan hubungan sosial yang sehat, memberikan kemampuan berkomunikasi
secara efektif, berbagi kemampuan bermain diantara anak-anak dan akan
menghasilkan sebuah kelompok yang memiliki pengalaman tanpa persaingan.
Tanpa
disadari, melalui kegiatan drumband dapat terjadi pembentukan karakter anak.
Seperti dikemukakan oleh al-Farabi, bahwa musik dapat menciptakan perasaan
tenang dan nyaman. Musik, juga mampu mempengaruhi moral, mengendalikan emosi,
mengembangkan spiritualitas, dan menyembuhkan penyakit seperti gangguan
psikosomatik. Karena itu bagi al-Farabi, musik bisa menjadi alat terapi. Sebab,
musik adalah sesuatu yang muncul dari tabiat manusia dalam menangkap suara
indah yang ada di sekelilingnya. Al-Farabi tidak hanya mampu memahami pemikiran
Plato dan Arsitoteles tentang musik. Akan tetapi dia juga mampu menuangkan
pemikiran filsafatnya ke dalam kitab Fushush al-Hikam dan kitab al-Ihsha`
al-'Ulum.
Al-Farabi
bernama lengkap Abu Nasr Muhammad ibn al-Farakh al-Farabi. Dia lahir pada tahun
870 di Farab, Turki bagian tengah. Selain dikenal sebagai seorang filsuf,
al-Farabi juga dikenal sebagai pakar musik dan penemu not musik. Temuan ini
ditulis dalam kitab al-Musiq al-Kabir (Buku Besar tentang Musik). Buku yang
membahas ilmu dasar musik ini menjadi rujukan penting bagi perkembangan musik
dunia.
Terkait
Al-Farabi dan peran musik drumband, PPPPTK Seni dan Budaya dalam program
pengembangan seni musik sebagai media pendidikan, melalui kegiatan lomba atau
kompetisi yang diselenggarakan oleh beberapa EO yang berkembang di dalam maupun
di luar DIY, sangat mengapresiasi bahwa kegiatan tersebut sangat positif dan
perlu ditindaklanjuti.
TUJUAN DAN MANFAAT
MARCHING BAND DALAM SEKOLAH
Marching band, bila ditilik dari citra
sejarah serta filosofisasi yang mengelilinginya, bisa dikategorikan sebagai
primadonanya ekstrakurikuler sekolah. Bagaimana tidak, beberapa literasi
mutakhir yang telah mengeksplorasi dunia marching band dari multi perspektif,
secara naratif mayoritas berbicara positif tentang puspa-ragam seluk-beluk
serta pengaruh sugestif yang ditimbulkannya bagi pemberbudayaan karakter maupun
sikap mental siswa. Menjadikan siswa lebih berbudaya dan cerdas.
Pembelajaran intra kurikuler banyak
disinyalir pakar pedagogis melatih otak sebelah kiri sedang ekstra kurikuler
mengasah belahan otak kanan, jadilah ia neraca keseimbangan. Keseimbangan
secara psikologis berefek menentramkan jiwa.
Goldman (dalam Erman, 2004) kian melengkapi testimonial di atas, selanjutnya ia mengatakan bahwa, kecerdasan individu terbagi ke dalam kecerdasan intelektual (IQ) pada otak kiri dan kecerdasan emosional (EQ) pada otak kanan yang saling mempengarahui, di mana IQ berkontribusi untuk sukses hanya sekitar 20% sedangkan EQ bisa mencapai 40%. Dengan demikian kompetensi siswa menjadi terlatih dan mendapatkan posisi serta porsi yang semestinya diperoleh yakni, mengekspresikan kompetensinya pada pelajaran ekstra kurikuler, utamanya marching band. Artinya pula, antara pelaku lapangan (baca: pelatih drum/marching band) dengan pernyataan Goldman ini memiliki tingkat kohesifitas yang tinggi dan terbukti korelatif, dan agaknya pula telah cukup memberikan kerangka pijak yang kuat bagi pemahaman dan pencerahan kita semua, mengapa perhatian yang lebih serius lagi sekaligus pembinaan ekstra kurikuler marching band yang dilakukan secara lebih profesional lagi dalam hal koordinasi dan manajerialnya di setiap institusi pendidikan atau sekolah-sekolah semakin ditingkatkan kualitasnya. Sehingga keberadaan maupun peran marching band tak lagi dianggap matra ajar ‘sampingan’. Lebih dari itu, secara pedagogis pemikiran Goldman di atas kian meyakinkan para stake holder terkait bahwa, waktu yang tepat untuk mengangkat ekstra kurikuler marching band ke posisi dan porsi terhormat di sekolah-sekolah, memang telah tiba!
Tinggal political will dari para pengambil kebijakan terkait yang mesti tanggap, apalagi kini drum band telah resmi masuk dalam salah satu cabang olah raga yang dipertandingkan dalam PON (Pekan Olah Raga Nasional) XVIII tahun 2012 di Riau dengan tanpa eksibisi! Artinya, penghargaan dan penghormatan terhadap eksistensi dan kontribusi drum band dalam kancah olah raga tingkat nasional benar-benar diperhitungkan. Tentu hal ini mengisyaratkan kepada pihak-pihak terkait yang berkompeten dalam masalah ini, dituntut untuk lebih serius dan lebih profesional lagi menata segala macam tingkat urusan yang berkaitan secara langsung maupun tidak dengan kemajuan serta peningkatan kegiatan serupa, utamanya di sekolah-sekolah yang memiliki ekstra kurikuler marching band. Karena institusi seperti sekolah inilah tempat persemaian terbaik, cikal-bakal terpilih bagi lahirnya marcher-marcher tangguh yang berbudi-pekerti, berprestasi dan berpendidikan tinggi.
Maka sudah semestinya, para pemerhati pendidikan, pengambil kebijakan serta pihak yang berkompeten dalam masalah ini, kian menyadari bahwa, kecerdasan rasional yang telah dicapai seseorang tak akan pernah ada artinya tanpa dibarengi dengan kecerdasan intuitifnya. Salah satu media melatih kecerdasan intuitif yang telah teruji adalah fungsionalisasi dan optimalisasi kegiatan ekstra kurikuler marching band secara pedagogis. Kian terbaca jelas bahwa, moment berharga dan strategis ini hanya dimiliki oleh institusi sekolah.
Metodologi
pendidikan di sekolah menurut De Porter (1992) sangat tepat dalam menjembatani
kepentingan pedagogis semacam ini, karena belajar merujuk pada aktivitas siswa,
sedang aktivitas individu dapat dipengaruhi oleh kondisi emosional. Maka telah
sepantasnya jika diciptakan suasana pembelajaran yang kondusif dalam keadaan
nyaman dan menyenangkan, yang hal ini merupakan tugas seorang guru sebagai pendidik.
Menurut De Porter selanjutnya, dengan suasana yang kondusif inilah maka lahirlah motivasi dan kreativitas. Kondisi seperti ini merupakan suatu cikal-bakal aktivitas dalam belajar. Kenyataan mana telah sesuai dengan prinsip pakem, yakni pembelajaran aktif, kreatif dan menyenangkan. Di dalam kegiatan ekstra kurikuler marching band, ketiga modal prinsipil tersebut telah menemukan jawabannya yakni, mengandung unsur pendidikan seni musik, olah raga yang kreatif karena mengkombinasikan sisi kebugaran jasmani dan musikalitas serta, hiburan yang menyenangkan, karena berpadu-padannya artistikal gaya dan model pakaian personelnya yang bagai fashion show dengan ditingkahi blocking baris-berbaris nan dramatis, rapi dan menawan serta, dinamisasi aransemen musiknya yang terdengar merdu-harmonis di telinga.
Beberapa pecinta dan pemerhati marching band sepakat, magnet tipikal inilah yang membuat ekstra kurikuler marching band memiliki daya pikat tersendiri, yakni memadukan edukasi dan rekreasi dalam satu cipta kreasi. Kemampuan yang dimiliki oleh para personel marching band tersebut tentu telah sebanding dengan ketekunan dan kedisiplinannya dalam berlatih, disamping adanya motivasi dalam pribadi yang luar biasa kuat untuk maju, berkembang dan berprestasi.
-------&&&-------
Mantaaaap.. Dan sangat bermanfaat
BalasHapusMantaaaap.. Dan sangat bermanfaat
BalasHapus